Telah ikhlaskah aku dengan apa yang kukerjakan hingga saat ini??
entahlah... sepertinya telah terlalu jauh gw terbawa dalam arus duniawi.. yang segalanya selalu di ukur dengan materi… semuanya harus ada imbalannya.. dan tentu aja imbalannya harus sepadan dengan jerih payah yang telah kukeluarkan…
sepertinya sudah lama banget tidak melakukan segala sesuatu dengan hati…
Hingga suatu saat baca review seorang teman akan sebuah buku yang ’katanya’ bagus... penasaran juga jadi pengen baca... minggu kemarin saat mampir di sebuah toko buku di kawasan Blok M, sedikit melirik ke judul buku itu... sepertinya cukup menarik. Walaupun sepintas sempat membayangkan paling kayak Ayat-ayat Cinta... yang lumayan bagus ide ceritanya...
Tentang persahabatan, tentang perjuangan, dengan latar lingkungan yang tak terbayangkan. Hehehe yah... selama ini gw mungkin masuk golongan orang yang menganggap dunia pesantren tuh dunia yang terlalu fanatik, feodal.. yah gitu deh...
Dan di cerita ini gw bisa dapat gambaran pesantren yang modern, yang bahkan bisa dibilang lebih maju dari lingkungan pendidikan formil yang katanya sudah modern.
Kebayang gak sih bahasa harian yang dipakai bahasa Arab dan bahasa Inggris. Larangan keras memakai bahasa Indonesia dan bahasa daerah, dengan sangsi yang cukup unik dan mendidik.
Ke-ikhlas-an seorang anak menuruti permintaan ibu. Ikhlas-nya guru yang mengajar muridnya. Ikhlas manusia dalam menjalani hidup dan takdir hidupnya.
Ketika kita menjalani sesuatu dengan setengah hati... yang ada hanya bimbang, resah, tidak ada ketenangan jiwa. Mungkin karena kurang ikhlas ya...padahal dengan ikhlas, sama sekali tidak ada transaksi yang merugi. Nothing to lose, semua dikerjakan all-out dengan mutu terbaik. Tanpa mengharapkan imbalan dunia, cukuplah Tuhan sendiri yang membalas semuanya. Karena selama kita ikhlas, maka selamanya Allah akan menjadi penolong kita. Dan Allah bisa mendatangkan rezeki kepada manusia dari jalan yang tidak pernah kita sangka-sangka.
Kalimat itu yang menjadi pembakar semangat 6 anak rantau Alif(Maninjau, Sum-Bar), Raja(Medan), Atang(Bandung), Said(Surabaya), Dulmajid(Sumenep-Madura), dan Baso (Gowa). Hehehe ini juga yang bikin gw selalu bertanya2 sampai akhir, kenapa judulnya Negeri 5 menara. Kan tokoh utamanya ada 6 orang anak,sahibul menara, yang suka nongkrong dibawah menara, yang menjuluki mereka sendiri Menara1 sampai Menara6. Jangan2 ada yang meninggal... hehehe keseringan menghayal sih...
Kalau ada niat, akan ada jalan. Kata si Alif, banyak keajaiban terjadi di dunia karena orang telah memasangkan tekad dan niat, dan lalu mencoba merealisasikannya.
-Man Shabara Zhafira- siapa yang bersabar akan beruntung.
Jangan risaukan penderitaan hari ini, jalani saja dan lihatlah apa yang akan terjadi di depan. Karena yang kita tuju bukanlah sekarang, tapi ada yang lebih besar & prinsipil, yaitu menjadi manusia yang telah menemukan misinya dalam hidup, semoga kita menjadi orang yang berbahagia.
Dan misi utama hidup adalah -Rahmatan lil alamin.- membawa keberkatan dunia dan akhirat.
Gak tau kenapa beberapa bulan belakangan ini gw selalu kepikiran... apa sih yang sudah gw lakukan untuk orang banyak. Seberapa bermanfaat gw buat orang2.. sepertinya NOL BESAR...gw masih terlalu sibuk hidup untuk diri gw sendiri...dan entah kenapa semakin besar ketakutana gw terhadap kematian... semakin sering gw berpikir... gimana kalo tiba2 gw mati, dan Allah mempertanyakan, Apakah gw sudah mengamalkan Ilmu yang telah diberikan ke gw...
Dan gw baca buku ini.. bikin gw tersadar... gw harus mulai bergerak... keluar dari tempurung gw... mulai belajar lagi...
Gw harus berani bermimpi lagi... karena gw pengen kayak Ahmad Fuadi, dan Andrea Hirata yang bisa meraih mimpinya...
Karena kita adalah penguasa hati kita sendiri, dan yang kita butuhkan hanyalah berusaha sedikit lebih keras dari orang kebanyakan.
semoga....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar